Sunday, July 15, 2012

Review Novel "Cinta di Tepi Geumho"

1333743836427188888


“Kamu memang menyebalkan.
Untung kamu tidak di sini sekarang.
Jika di sini, sudah kulempar dengan bantal berkali-kali!
Aku heran, mengapa di dunia ini ada pria menyebalkan sepertimu…”

Suka dengan Korea? Bahasanya? Budayanya? Filmnya yang menghadirkan artis yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik? atau suka dengan makanan dan keindahan alamnya?
CINTA DI TEPI GEUMHO: Hmm, lihat kover dan baca judulnya saja sudah bisa ditebak kalau novel ini pasti beraroma Korea. Tapi jika saya memasukkan ini ke dalam daftar belanja buku, itu bukan karena saya kena demam hallyu atau Korean wave. Melainkan karena saya penasaran dengan kalimat di bawah judul itu, “Kisah Cinta Gadis Korea dan Lelaki Dayak.” Korea dan Dayak, ya dua kata itu, perpaduan yang eksotis.


Adalah Son Chae Hyang (Hyang), gadis dari Jangho, salah satu desa terindah di provinsi Gangwon Korea Selatan. Hyang adalah seorang peneliti muda. Namun dia tak pernah membayangkan akan mendapat tugas penelitian ke sebuah tempat yang jauh dari negaranya. Tempat yang terkenal dengan manusia Dayaknya yang beraroma mistis. Pada bagian-bagian awal novel, kita seperti diajak mengikuti perjalanan Hyang. Apalagi saat Bulan Terakhir di Jangho, rasanya ikut hadir dalam sebuah keluarga Korea yang sedang menikmati doenjang jjigae dan teh barley. Namun ketika muncul Jun So, di sinilah kejutan itu muncul. Jun So memakai bahasa Korea saat bersama ayahnya dan memakai bahasa Dayak Ngaju saat bersama ibunya.

Mungkin itulah sedikit banyak yang mempengaruhi Hyang dan Jun So segera “klik” saat mereka bertemu. Saya menyebutnya jalan indah untuk cinta. Tapi jalan cinta memang tak selamanya mulus, ketika mereka harus terpisah jauh, tanpa komunikasi dan muncul Shi Yu Jeon, seorang dokter cantik yang menaruh hati pada Jun So. ema cinta memang selalu menarik. Dan Cinta di Tepi Geumho menghadirkan kisah yang tak kalah menarik, dua negara, dua budaya dan dua cinta.

Beginilah kalau penyair menulis novel. Meski tak ada satu puisi pun yang diselipkan dalam novel ini, namun di beberapa narasinya terasa sekali keindahan kalimatnya. Mahmud Jauhari Ali, dari beberapa tulisannya yang pernah saya baca, memang selalu mendeskripsikan sesuatu seperti copy paste dari tempat aslinya. Dia bisa membawa pembaca seakan melihat dan hadir langsung pada apa yang dia ceritakan. Seperti salah satunya di “Selia” (Selia adalah buku kumpulan puisi Mahmud Jauhari Ali).

Maka, tak perlu harus Hallyu atau Korean Wave untuk membaca novel ini. Jika Abdul Muis dengan salah Asuhan-nya bercerita tentang cinta antara bangsa yang merenyuhkan, maka Hyang dan Jun So adalah jalan indah untuk cinta. Baca dan nikmati saja setiap alur ceritanya! 

Judul : Cinta di Tepi Geumho
Kisah Cinta Gadis Korea dan Lelaki Dayak Pecinta Taekwondo
Penulis : Mahmud Jauhari Ali
Ukuran : 13.5 x 20.5, 143 halaman
Harga: @Rp 23.000,00

No comments:

Post a Comment