Mu-gyul mendapatkan jawabannya dan beranjak pergi tanpa menoleh lagi. Mary setelah itu mendapat telpon kalau Jung-in sadar. Mary masuk dan Jung-in memandanginya dengan lembut. Selagi, Mu-gyul pulang dan membersihkan studionya dari benda2 milik Mary dan tirai yang membagi tempat tidur mereka, Jung-in membicara pernikahan itu dengan ayahnya. Jung-in berkata, “Ayah, apa pernikahan ini harus dilakukan? Aku mencintai Mary dengan tulus. Jadi aku ingin dia bahagia. Tapi jika dia menikahiku seperti ini, dia tidak akan pernah bahagia.”
Ayah berpikir kalau setelah pernikahan itu akan ada banyak waktu bagi Mary untuk berpikir. Jung-in bertanya apakah ayah mencoba membuat dirinya lebih tidak beruntung dari dirinya. Dia menuduh ayah mencintai wanita lain selama 30 tahun. Jung-in: “Pasti berat buatmu. Tapi lebih berat buatku, dan ibu, yang berada di sampingmu.”
Masuk akal sekali, kenapa Jung-in meleaspakan Mary begitu cepat meski dia mencintainya. Ini karena dia menghabiskan seluruh hidupnya mencintai ayahnya, dan melihat ibunya mencintai ayahnya sementara ayahnya malah mencintai wanita lain. Untuk menjalani hidup seperti itu, bakal jadi beban buatnya. Jung-in meminta ayahnya untuk mempertimbangkan pernikahan itu sekali lagi, yang ditolak oleh ayahnya.
Mu-gyul mengemasi seluruh barang2 Mary dengan berat hati. Tapi Mary datang sambil berlari, dengan nafas hampir habis. Mary berkata, “Ini jawabanku, bodoh.” Mu-gyul mendesah ketika dia memeluk Mary dengan erat. Dia mengucapkan terima kasih karena Mary sudah datang. Jung-seok merenung beberapa saat lalu memutuskan untuk mempercepat pernikahan itu. Bahkan, ayah Mary bertanya-tanya apa yang terjadi pada Jung-seok, karena ini kelihatannya terlalu cepat untuk kondisi kesehatan Jung-in dan pikiran Mary.
Setelah mereka kembali bersatu, Mu-gyul mendapat telpon dari Jung-in yang meminta untuk bertemu mengenai masalah Mary. Mu-gyul menuju ke rumah sakit dan Jung-in mengatakan kalau pernikahannya masih tetap berjalan. Mu-gyul mengatakan kalau kata2 Jung-in tidak cocok dan Jung-in mengatakan kalau dia jujur, antar pria. Mu-gyul pergi dan Jung-in mengatakan kalau Mu-gyul akan melihat pada waktunya nanti.
Mary mendapat telpon untuk pulang ke rumah untuk membicarakan persiapan pernikahan dengan ayah dan Mary juga menurut saja, terlalu kalah untuk melawan lagi. Ayah dengan tenang mengatakan pada Mary kalau dia melakukan ini bukan karena kekayaan Jung-in, tapi karena ibu Mary menikahi ayah Mary karena cinta dan berakhir dengan takdir yang begitu miris. Ayah mengatakan kalau memulai cinta sangat mudah, tapi mempertahankannya dan menjaganya adalah bagian yang tersulit. Ayah mengatakan yang dia pedulikan hanyalah kebahagiaan Mary.
Mary mengirim sms pada Mu-gyul malam itu, meminta Mu-gyul untuk menunggu 3 hari lagi sampai Mary mengakhiri semuanya dengan Jung-in. Mu-gyul setuju dan mereka berencana untuk bertemu pada hari ketiga. Hari itu tiba, yang tentu saja adalah hari pernikahan Mary dan Jung-in. Baik Mary dan Jung-in bersiap-siap dengan wajah tenang dan Mary mengirim sms pada Mu-gyul untuk menunggunya. Mu-gyul mengambil gitarnya dan memainkan sebuah lagu baru di taman, menunggu Mary.
Sedangkan, pernikahan itu dimulai dan para tamu mulai datang. Seo-jun tiba dan menyapa Jung-in, lalu menelpon Leo untuk bertanya kenapa mereka tidak disini sebagai teman Mary. Ini berita besar buat semua orang bahwa Mary akan meneruskan pernikahannya, jadi mereka bergegas untuk menemukan Mu-gyul dan menyuruh Mu-gyul pergi mengacaukan pernikahan itu dan mendapatkan Mary kembali.
Mu-gyul berlari seperti angin dan mendapati Jung-in dan Mary sedang berdiri di depan altar. Meski dia berlari kesana untuk menghentikan pernikahan itu, dia memandang satu kali Mary yang mengenakan gaun pengantin, tersenyum pada Jung-in lalu menangis. Mu-gyul berbalik dan pergi, tepat saat teman2nya sampai di tempat itu.
Jadi Mu-gyul pergi, dan teman2nya tiba tepat waktu untuk mendengarkan alasan utama pernikahan itu: sesuai dengan keinginan para ayah. Jung-in mengumumkan kalau dia akan mencintai Mary selamanya tapi dia tidak akan menikahi Mary, karena pernikahan ini adalah sesuatu yang direncanakan oleh kedua keluarga mereka dan mereka tidak ingin menjadi suami istri. Mary meminta maaf pada ayahnya dan mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk menjaga cinta yang telah mereka pilih.
Teman2 mereka berdiri disana dan malah memanggil Mary ketimbang Mu-gyul, meminta Mary untuk mencari Mu-gyul. Mary tahu kalau Mu-gyul ternyata disana dan bergegas mencarinya. Sedangkan, Mu-gyul pulang ke rumah, menangis karena kehilangan Mary. Dan Seo-jun datang untuk mengatakan pada Mu-gyul yang muram bahwa dia seharusnya diam di pernikahan itu cukup lama untuk melihat Mary dan Jung-in keluar dan bahkan menandatangani surat cerai untuk mengakhiri itu semua.
Mu-gyul menegakkan kepalanya dan pergi keluar. Sedangkan di tempat lain, Jung-in meminta maaf pada ayahnya karena bertindak sejauh itu tapi juga mengatakan bahwa itu adalah satu2nya cara untuk menghentikan ayahnya yang memaksakan pernikahan itu sampai akhir. Jung-in menambahkan, karena dia mencintai Mary, dia tidak bisa menikahinya karena cinta ayah pada ibu Mary.
Ayah Mary masuk dan mendengarkan percakapan ini, sadar untuk pertama kalinya kenapa Jung-seok memaksakan pernikahan ini. Dia mengatakan kalau ini salah lalu pergi, merasa jijik pada Jung-seok. Mu-gyul berlari dan berlari hingga tiba di taman, dimana dia menemukan Mary berjongkok dan menunggunya. Mu-gyul berlari sambil memanggil nama Mary dan Mary menangis ketika dia bertanya kenapa Mu-gyul lama sekali. Mary berkata, “Aku mengakhiri segalanya dengan Jung-in dan datang kemari. Tapi kau tidak disini. Aku takut sekali.”
Mu-gyul meminta maaf dan memeluk Mary, meminta maaf karena tidak memercayainya dan dirinya sendiri. Kembali ke rumah, mereka kembali berbaikan dan Mary memberitahu Mu-gyul tentang satu hal lain yang tertinggal: dia dan Jung-in menandatangani surat cerai di rumah sakit. Mu-gyul tersenyum ketimbang menanyai Mary apakah dia sudah gila dan memberikan kalung anak kucing pada Mary yang sudah dia bawa sejak natal. Mary mencium pipi Mu-gyul. Dia berkata, “Ini anak kucing? Apa ini kau?”
Jung-in ditendang ke jalanan oleh ayahnya. Dia sudah mengaharpkan ini dan berencana untuk menjalani hidupnya sendiri. Dia bertemu dengan Mary untuk menyempurnakan perceraian itu dan berpisah. Mary mengucapkan terima kasih pada Jung-in atas segalanya dan Jung-in bertanya bagaimana jadinya kalau mereka bertemu dengan cara yang lebih normal. Mary senang bahwa semuanya bisa kembali seperti di awal, yang tentu saja tidak buat Jung-in sebab dia jatuh cinta pada Mary. Jung-in memperhatikan Mary ketika dia beranjak pergi.
Mary bertemu dengan ayah, yang awalnya protes tapi akhirnya mengerti setelah melihat betapa gilanya Jung-seok. Dia tidak mengatakan kalau ayah Jung-in jatuh cinta pada ibunya, tapi dia memberitahu Mary kalau Jung-in ditendang ke jalanan. Mary menelpon Mu-gyul dan khawatir kalau Jung-in kena masalah lagi karena dirinya. Mu-gyul tertawa dan bercanda kalau Mary mengkhawatirkan suami pertamanya dihadapan suami keduanya.
Jung-in mencoba tidur di sofa di kantornya, yang benar2 tidak nyaman. Dia bolak-balik dan akhirnya menyerah. Solusinya? Dia menuju rumah Mu-gyul dan menjatuhkan kopernya disana. Jung-in mengumumkan kalau dia akan tinggal disana selama beberapa saat dan mengumumkan kalau dia ingin mengeluarkan single untuk lagu Mu-gyul. Mu-gyul hanya melihat dengan aneh dan tertawa waktu mendengar Jung-in mengatakan kalau dia akan tinggal di rumahnya.
Mu-gyul memberi Jung-in selimut untuk tidur di sofa tapi Jung-in mengatakan kalau dia hanya bisa tidur di tempat tidur. Mu-gyul mengatakan kalau hanya ada satu tempat tidur. Jung-in menyarankan kalau mereka membagi saja tempat tidur itu dengan tirai. Mu-gyul menarik tangan Jung-in dan mengatakan agar Jung-in mengikuti peraturan di rumahnya (Jung-in pernah bilang gini ke Mu-gyul). Jung-in mengenali kalimat itu dan dengan patuh pergi ke sofa.
Mereka pun menjalani kehidupan bersama. Mereka mengalami apa yang pasangan alami seperti bertengkar dan waktu Jung-in dan Mu-gyul berada di van Mu-gyul dalam perjalanan pulang, Mu-gyul teridur di bahu Jung-in. Awalnya Jung-in kaget tapi berikutnya dia sudah mulai membiasakan diri. Mu-gyul bangun dan mengacaukan segalanya serta membuat semuanya jadi menegang. Mereka tiba di rumah dan disambut oleh Mary yang sudah mempersiapkan makan malam. Mary tahu kalau Jung-in tinggal di tempat Mu-gyul dan Mu-gyul memandanginya dengan tidak senang waktu Mary menjamu Jung-in dengan ramah.
Mary melihat Mu-gyul di tv dan mengatakan kalau dia terlalu kurus. Mary, “Itu dia. Aku harus menangkap seekor ayam!” Mary membuat sup ayam untuk makan malam mereka dan Jung-in iri pada potongan ayam Mu-gyul yang lebih besar. Jung-in berikutnya mendapat telpon kalau Wonderful Day akhirnya mendapatkan posisi yang aman uang untuk modalnya. Mereka semua tersenyum dan Jung-in serta Mu-gyul berjabat tangan. Sekali lagi, Mary dan Jung-in mengurus perceraian mereka. Di rumah, mereka menyiapkan pesta perayaan perceraian mereka dengan meniup kue Happy Divorce mereka. Aneh!
Satu tahun kemudian, Mary telah menjadi penulis terkenal dan Jung-in datang untuk menemuinya. Jung-in kembali bertemu dengan ayahnya dan sepertinya masalah diantara mereka sudah ditangani. Selagi berjalan, seorang pria datang dan menyapa noona dan sunbae lalu bertanya siapa pria ini. Mary mengenalkan kalau pria itu adalah suami pertamanya dan pria itu berteriak, tapi memutuskan tidak peduli sebab dia sudah menulis lagu untuknya. Mary tertawa kalau dia sudah mendapat banyak lagu dan Jung-in mengatakan kalau Mary cenderung tertarik pada musisi.
Mary menemui Mu-gyul, yang seperti biasa main musik di taman. Dalam voice over, Mary mengatakan kalau dia dan Mu-gyul sama. Mereka putus 12 kali dan berkencan untuk yang ketiga belas kalinya. Di rumah, Mary mengeluh kalau studio terasa hangat sekarang. Dia berkata kalau tempat ini lebih baik kalau dingin jadi mereka bisa saling menghangatkan. Mu-gyul tersenyum.
Seo-jun tetap seperti biasa dan melanjutkan langkahnya sebagai aktris. Mary dan Mu-gyul berjalan bersama, bahagia dalam cinta mereka. Mary: “Dalam bentuk berbagai persimpangan, dalam kebeliaan usia kami, kami memilih jalan lain.”
No comments:
Post a Comment