Saturday, May 5, 2012

Cinta Abadi Terhadap Bangsa, Yun Bong-gil



Laki-laki Tidak Akan Pulang Ke Rumah Dengan Hidup Sebelum Mewujudkan Tekad Kuatnya

Pada tanggal 6 Maret, seorang laki-laki melakukan suaka politik ke Cina dengan meninggalkan sebuah tulisan 'Laki-laki tidak akan pulang ke rumah dengan hidup sebelum mewujudkan tekad kuatnya setelah meninggalkan rumah.' 2 tahun kemudian, yaitu pada tanggal 29 April 1932, ada seorang laki-laki yang menyerahkan jiwanya demi negara dengan melemparkan bom yang diarahkan kepada pemimpin Jepang di Shanghai, Cina. Dia tiada lain adalah pejuang kemerdekaan, Yun Bong-gil yang gugur demi negara pada tanggal 19 Desember 1932 dalam usia 24 tahun. 


Menolak Pendidikan Dari Pemerintah Kolonial Jepang

Yun Bong-gil lahir di rumah petani di Yesan, Chungcheng Selatan pada tanggal 21 Juni 1908. Nama Bong-gil adalah nama julukannya dan nama aslinya adalah U-eui. Walaupun dia masuk sekolah pada tahun 1918, dia tetap menolak untuk mendapat pendidikan dari pemerintah kolonial Jepang. Namun, dia belajar ilmu klasik Cina di bawah bimbingan gurunya, Seong Ju-rok di sekolah desa tradisional Korea dan juga rajin membaca surat kabar dan majalah untuk menerima ilmu modern. Oleh karena itu, Yun Bong-gil selalu menduduki urutan puncak dan saat dia tamat sekolah, gurunya memberikan nama pena 'Mae-heon' kepadanya sebagai tanda kasih sayang.


Melakukan Kampanye Untuk Menggelorakan Semangat Di Desa Petani

Sejak tahun 1926, Yun Bong-gil mulai menggelorakan semangat di desa petani. Walaupun hanya berusia 19 tahun, dia membuka kelas untuk mengajar dan menciptakan buku demi para petani. Selain itu, dia mendirikan sejumlah badan untuk mengembangkan desa petani. Walaupun memperoleh hasil lewat kegiatan menggelorakan semangat para petani, Yun Bong-gil menyadari bahwa kebahagiaan sebenarnya dapat dicapai setelah mewujudkan kemerdekaan Korea. Dengan demikian, dia menuju Manchuria untuk melakukan kegiatannya demi negara pada tahun 1930.


 Mengambil Bagaian Dalam Kegiatan Kemerdekaan 

Yun Bong-gil yang ingin membantu kegiatan pemerintah sementara Korea akhirnya tiba di Shanghai, Cina pada bulan Agustus 1931 dan kebetulan membaca berita harian Cina mengenai upacara hari ulang tahun raja Jepang dan upacara peringatan 'Insiden Shanghai' yang diadakan di Taman Hongkou pada tanggal 29 April 1932. 

Yun Bong-gil menganggap upacara tersebut sebagai peluang penting untuk kemerdekaan. Akhirnya, pada tanggal 29 April 1932, dia menuju Taman Hongkou dengan membawa bom dalam bekal berbentuk kotak. Saat masyarakat Jepang menyanyikan lagu nasional Jepang, dia melemparkannya ke arah tribune atau panggung. Itulah insiden yang menggucang masyarakat dunia.

 Darahku Menjadi Dinamika Untuk Kemerdekaan

Insiden tersebut cukup mendapat banyak sorotan di dunia. Khususnya, pemimpin Cina, Chiang Kai-shek sangat kagum pada kegiatan dari seorang laki-laki Joseon, sehingga dia menganggap pemerintah sementara Korea sebagai pemerintah negara sahabat dan juga membuat remaja Joseon dapat menerima latihan militer di sekolah khusus militer. Dengan demikian, pemerintah sementara Korea memperoleh semangat baru. 

Namun, Yun Bong-gil yang baru ditangkap divonis dengan hukuman mati, maka gugur demi negara pada tanggal 19 Desember tahun 1932 di Osaka, Jepang. Sebelum dieksekusi, Yun Bong-gil mengatakan 'walaupun orang Joseon terpaksa dijajah oleh negara lain karena masih emah, kemerdekaannya pasti terwujud dalam waktu dekat dan saya juga meninggal tanpa penyesalan.' 

13 tahun kemudian, Korea memperoleh kemerdekaan dan jenazah Yun Bong-gil dibawa ke tanah airnya pada tahun 1946 untuk dikuburkan di Taman Hyochang, Korea. Pemerintah Korea memberikan bintang tanda jasa tertinggi Korea pada tanggal 1 Maret 1962 kepada Yun Bong-gil. Itulah tanda kehormatan yang diberikan oleh seluruh bangsa Korea untuk memperingati pengorbanan yang agung. 




Source : kbs world
Trans Share by TR@IniSajaMo

No comments:

Post a Comment