Orang Yang Menyerupai Nuansa Hijau Dari Pohon Yang Selalu Berdaun Hijau
Ada ungkapan yang diucapkan 'setelah berlalunya musim dingin, dapat merasakan kesetiaan dari pohon pinus dan pohon kacang pinus'. Ungkapan itu mengekspresikan sifat pohon yang tetap berdaun hijau dalam keadaan dingin dan badai salju. Diantara tokoh-tokoh Korea, ada seorang yang menyerupai sifat pohon pinus serupa itu. Dia tiada lain adalah penulis dan penyiar merangkap pembuat film, Shim Hun. Walaupun dia menjalani hidupnya selama 35 tahun saja, namun semangat anti Jepang dan patrotisme tidak pernah pupus.
Shim Hun Sebagai Pembuat Film, Penulis Novel, Dan Penyair
Shim Hun lahir di Seoul pada tahun 1901 dan sejak masih kecil, dia sangat pandai. Namun saat dia duduk di bangku tingkat 3 SLTA, dia ditangkap oleh polisi Jepang dan ditahan selama 4 bulan di dalam penjara, karena ikut ambil bagian dalam gerakan perjuangan kemerdekaan 1 Maret tahun 1919. Setelah itu, dia diusir dari sekolah, sehingga dia pergi ke Cina dan mendapat pendidikan sastra di Universitas Zhejiang, Cina.
Setelah pulang ke Korea, dia mulai menulis novel dan syair sambil bekerja sebagai wartawan, namun bakatnya lebih dulu cemerlang di bidang film. Setelah dia pernah tampil di dalam sebuah film berjudul 'Jang Han Mong' pada tahun 1925, dia tertarik pada pesona film, sehingga dia mulai memuatkan novel film pertama 'Tarian Topeng' pada tahun 1926. Walaupun tahun berikutnya, dia memperoleh sukses yang besar lewat film yang dia tulis dan disutradarai secara langsung, namun dia kembali mulai memusatkan pikiran untuk membuat karya sastra.
Menulis Karya Untuk Membangun Semangat Bangsa
Pada tahun 1930, dia memuat karya novel panjang yang pertama 'The Lover from the East' dalam Harian Joseon, namun akibat pemeriksaan Jepang, karya novel itu dihentikan untuk dimuat.
Namun, Shin Hun menciptakan syair berjudul 'When that Day Comes' yang dianggap sebagai wakil dari 'syair perlawanan di dunia' dan hal itu menunjukkan tekad kuat untuk mewujudkan kemerdekaan. Walaupun mendapat penindasan dan pemeriksaan dari Jepang, Shin Hun memusatkan pikiran untuk menciptakan karya, sehingga sejumlah karya novel terus diterbitkan. Khususnya, sebuah karya novel berjudul 'Sangroksu' yang berarti 'pohon yang selalau berdaun hijau' terpilih dalam kontes karya. Karya 'Sangroksu' yang mengungkapkan sebuah gerakan 'v narod' yang sangat popouler pada waktu itu bermanfaat untuk meningkatkan semangat nasional dan semangat perlawanan.
Saat atlet maraton Joseon Son Gi-jeong menjadi pemenang dalam Olimpiade Berlin pada tanggal 9 Agustus 1936 di bawah penjajahan Jepang, Shin Hun mengungkapkan keterharuan lewat syair 'Oh, Joseon’s Son'. Lewat syair tersebut, Shin Hun menunjukkan semangt bangsa Korea yang pantang kalah, namun syair itu menjadi karya terakhirnya, karena dia meninggal dunia akibat penyakit tifus pada tanggal 16 September 1936.
Walaupun menjalani hidupnya di bawah penjajahan Jepang, Shin Hun tetap mengadakan perlawanan terhadap Jepang lewat karya. Cinta kasih terhadap bangsa Korea dan tanah airnya masih terpendam di dalam hati bangsa Korea seperti halnya pohon yang selalu berdaun hijau.
Source : world kbs co.kr.
No comments:
Post a Comment