Ha Myung menyerahkan sebuah berkas pada Oh Hyuk.
"Apakah ini adalah murid spesial?" tanya Oh Hyuk. "Jika Direktur sendiri yang merekomendasikan mereka, berarti pastilah mereka orang-orang yang sangat berbakat."
"Mereka lemah." kata Ha Myung. "Yang satu adalah gadis yang sangat angkuh dan berprasangka." Ha Myung teringat Hye Mi. "Yang satu adalah pemuda yang memiliki keraguan akan impiannya." Ha Myung teringat Jin Kuk. "Dan yang terakhir adalah pemuda desa yang bakatnya tidak dilihat oleh dunia." Ha Myung teringat Sam Dong.
"Kenapa kau menyuruhku mencari orang-orang tidak berguna ini?" tanya Oh Hyuk.
"Karena mereka mengingatkan aku padamu." jawab Ha Myung. "Kelihatannya mereka memang tidak mampu, tapi aku memiliki firasat mereka akan berhasil."
"Apakah ini adalah murid spesial?" tanya Oh Hyuk. "Jika Direktur sendiri yang merekomendasikan mereka, berarti pastilah mereka orang-orang yang sangat berbakat."
"Mereka lemah." kata Ha Myung. "Yang satu adalah gadis yang sangat angkuh dan berprasangka." Ha Myung teringat Hye Mi. "Yang satu adalah pemuda yang memiliki keraguan akan impiannya." Ha Myung teringat Jin Kuk. "Dan yang terakhir adalah pemuda desa yang bakatnya tidak dilihat oleh dunia." Ha Myung teringat Sam Dong.
"Kenapa kau menyuruhku mencari orang-orang tidak berguna ini?" tanya Oh Hyuk.
"Karena mereka mengingatkan aku padamu." jawab Ha Myung. "Kelihatannya mereka memang tidak mampu, tapi aku memiliki firasat mereka akan berhasil."
Sam Dong menarik Hye Mi ke atas panggung.
"Mungkinkah ini adalah reinkarnasi dari Lee Mong Ryong dan Sung Chun Hyang!" seru MC, mengingatkan pada drama Korea lama Sassy Girl Chun Hyang. "Lalu, siapakah gadis ini dan datang dari mana?"
"Aku datang dari Seoul." jawab Hye Mi. "Namaku Go Hye Mi."
"Bagaimana jika kalian menyanyi dan menari bersama?" ujar MC.
"Apa?!" seru Hye Mi. "Aku hanya akan mengganggunya jika ikut bernyanyi."
"Tidak, aku justru akan sangat senang." kata Sam Dong.
"Aku tidak punya kostum." tolak Hye Mi mencari alasan.
"Aku memiliki satu kostum tambahan." balas Sam Dong.
"Mungkinkah ini adalah reinkarnasi dari Lee Mong Ryong dan Sung Chun Hyang!" seru MC, mengingatkan pada drama Korea lama Sassy Girl Chun Hyang. "Lalu, siapakah gadis ini dan datang dari mana?"
"Aku datang dari Seoul." jawab Hye Mi. "Namaku Go Hye Mi."
"Bagaimana jika kalian menyanyi dan menari bersama?" ujar MC.
"Apa?!" seru Hye Mi. "Aku hanya akan mengganggunya jika ikut bernyanyi."
"Tidak, aku justru akan sangat senang." kata Sam Dong.
"Aku tidak punya kostum." tolak Hye Mi mencari alasan.
"Aku memiliki satu kostum tambahan." balas Sam Dong.
Sam Dong menyerahkan satu kostum pada Hye Mi.
Hye Mi kehilangan kesabaran. "Hei!" bentaknya. "Ini artinya aku menolak!"
Hye Mi melempar kostum Sam Dong ke lantai, kemudian menginjaknya. "Kau mempermalukan diriku dengan menarikku kemari! Sekarang kau memintaku memakai karung beras dan menari?! Kau ingin mati?! Jangan katakan apapun dan ikutlah denganku ke Seoul. Kau terpilih secara khusus untuk bersekolah di Sekolah Seni Kirin."
Hye Mi meraih tangan Sam Dong dan menariknya, namun Sam Dong menghempaskan Hye Mi.
"Apa kau ingin mati?!" seru Sam Dong membalas. "Kenapa aku harus ikut kau ke Seoul, Dasar gadis tidak tahu sopan santun! Tutup mulutmu dan lenyap dari hadapanku!"
Hye Mi kehilangan kesabaran. "Hei!" bentaknya. "Ini artinya aku menolak!"
Hye Mi melempar kostum Sam Dong ke lantai, kemudian menginjaknya. "Kau mempermalukan diriku dengan menarikku kemari! Sekarang kau memintaku memakai karung beras dan menari?! Kau ingin mati?! Jangan katakan apapun dan ikutlah denganku ke Seoul. Kau terpilih secara khusus untuk bersekolah di Sekolah Seni Kirin."
Hye Mi meraih tangan Sam Dong dan menariknya, namun Sam Dong menghempaskan Hye Mi.
"Apa kau ingin mati?!" seru Sam Dong membalas. "Kenapa aku harus ikut kau ke Seoul, Dasar gadis tidak tahu sopan santun! Tutup mulutmu dan lenyap dari hadapanku!"
Hye Mi terdiam. Ia membayangkan bagaimana reaksi Oh Hyuk jika ia pulang tanpa membawa Sam Dong.
"Apakah sulit mengenakan karung beras?!" tanya Oh Hyuk dalam pikiran Hye Mi.
Belum lagi omelan kakak Oh Hyuk yang super menyeramkan.
Ia membayangkan Oh Hyuk mengusir ia dan adiknya hingga terpaksa tinggal dijalanan.
"Jika kau mengenakan karung beras itu, kita tidak akan jadi seperti ini." rengek Hye Sung.
"Apakah sulit mengenakan karung beras?!" tanya Oh Hyuk dalam pikiran Hye Mi.
Belum lagi omelan kakak Oh Hyuk yang super menyeramkan.
Ia membayangkan Oh Hyuk mengusir ia dan adiknya hingga terpaksa tinggal dijalanan.
"Jika kau mengenakan karung beras itu, kita tidak akan jadi seperti ini." rengek Hye Sung.
Pada akhirnya, Hye Mi tersenyum pada Sam Dong dan mengambil kostum tersebut.
"Berikan padaku." katanya bersabar.
Hye Mi mengenakan kostum itu dengan sangat terpaksa.
"Kalian terlihat sangat serasi." kata MC. "Mari kita saksikan penampilan Song Sam Dong dan Go Hye Mi!"
"Berikan padaku." katanya bersabar.
Hye Mi mengenakan kostum itu dengan sangat terpaksa.
"Kalian terlihat sangat serasi." kata MC. "Mari kita saksikan penampilan Song Sam Dong dan Go Hye Mi!"
Sam Dong mulai menyanyi. Ia menyanyi dengan sangat buruk. Ia berteriak-teriak, kemudian batuk-batuk.
Hye Mi menatapnya bingung.
Para penonton tertawa terbahak-bahak.
"Apa kataku?" kata Ibu Sam Dong. "Dia tidak bisa bernyanyi!"
Hye Mi berkata dalam hati, "Jika bakatnya bukan menyanyi, mungkinkah bakatnya menari?"
Setelah selesai menyanyi prolog yang super berantakan itu, akhirnya Sam Dong mulai menari (tetap sambil menyanyi ga jelas).
Hye Mi diam saja, masih memandang Sam Dong dengan pandangan aneh.
Sam Dong terus menari dengan penuh semangat. Lama kelamaan, Hye Mi pun ikut menari. Para penonton pun ikut menari.
Hye Mi menatapnya bingung.
Para penonton tertawa terbahak-bahak.
"Apa kataku?" kata Ibu Sam Dong. "Dia tidak bisa bernyanyi!"
Hye Mi berkata dalam hati, "Jika bakatnya bukan menyanyi, mungkinkah bakatnya menari?"
Setelah selesai menyanyi prolog yang super berantakan itu, akhirnya Sam Dong mulai menari (tetap sambil menyanyi ga jelas).
Hye Mi diam saja, masih memandang Sam Dong dengan pandangan aneh.
Sam Dong terus menari dengan penuh semangat. Lama kelamaan, Hye Mi pun ikut menari. Para penonton pun ikut menari.
"Paling tidak aku tahu ia tidak hebat." pikir Hye Mi setelah Sam Dong selesai menari dan tereliminasi.
MC kemudian menyuruh Hye Mi menjawab akan menerima Sam Dong atau tidak.
Hye Mi terdiam sejenak, kemudian berkata, "Aku setuju." katanya, menatap Sam Dong. "Tapi jika kau memenuhi keinginanku. Pergi ke Seoul bersamaku."
Sam Dong menjatuhkan micnya.
"Apakah Song Sam Dong bersedia ikut dengan gadis ini ke Seoul?" tanya MC pada Sam Dong.
"Aku setuju saja." jawab Sam Dong. "Tapi ibuku sering sakit punggung jika musim dingin..."
"Song Sam Dong akan pergi ke Seoul!" teriak Ibu Sam Dong. "Aku akan membiarkannya terbang bebas."
Penonton bertepuk tangan.
MC kemudian menyuruh Hye Mi menjawab akan menerima Sam Dong atau tidak.
Hye Mi terdiam sejenak, kemudian berkata, "Aku setuju." katanya, menatap Sam Dong. "Tapi jika kau memenuhi keinginanku. Pergi ke Seoul bersamaku."
Sam Dong menjatuhkan micnya.
"Apakah Song Sam Dong bersedia ikut dengan gadis ini ke Seoul?" tanya MC pada Sam Dong.
"Aku setuju saja." jawab Sam Dong. "Tapi ibuku sering sakit punggung jika musim dingin..."
"Song Sam Dong akan pergi ke Seoul!" teriak Ibu Sam Dong. "Aku akan membiarkannya terbang bebas."
Penonton bertepuk tangan.
Setelah selesai berlatih menari, murid-murid Kirin beristirahat.
Dengan malu-malu, Pil Sook memberikan satu botol air mineral pada Jason.
"Terima kasih." kata Jason dengan Bahasa Inggris. Pil Sook sangat senang.
Dengan malu-malu, Pil Sook memberikan satu botol air mineral pada Jason.
"Terima kasih." kata Jason dengan Bahasa Inggris. Pil Sook sangat senang.
"Untuk upacara pembukaan penerimaan siswa baru, aku ingin mengadakan pertunjukan." kata Kyung Jin. "Aku ingin menambahkan satu orang murid perempuan untuk melakukan tari solo."
Murid-murid langsung ramai.
"Tanpa kukatakan, kalian pasti tahu bahwa pertunjukan solo di acara pembukaan sangatlah luar biasa." tambah Kyung Jin. "Yang ingin mendapat kesan baik, angkat tangan kalian."
Jeong Ah Jeong dan Baek Hee mengangkat tangan mereka, begitu juga beberapa murid lain.
Pil Sook juga ingin mengangkat tangannya, tapi Kyung Jin menatapnya tajam. Pil Sook menurunkan tangannya lagi.
Murid-murid langsung ramai.
"Tanpa kukatakan, kalian pasti tahu bahwa pertunjukan solo di acara pembukaan sangatlah luar biasa." tambah Kyung Jin. "Yang ingin mendapat kesan baik, angkat tangan kalian."
Jeong Ah Jeong dan Baek Hee mengangkat tangan mereka, begitu juga beberapa murid lain.
Pil Sook juga ingin mengangkat tangannya, tapi Kyung Jin menatapnya tajam. Pil Sook menurunkan tangannya lagi.
"Nomor 19, kenapa kau ingin menari solo?" tanya Kyung Jin.
Gadis itu ragu. "Mungkin karena akan terlihat bagus." jawabnya.
Kyung Jin menanyakan hal yang sama pada Ah Jeong.
"Demi ibuku yang sudah meninggal." jawab Ah Jeong. "Saat kecil, ia mengatakan bahwa ia sangat senang melihatku menari. Aku ingin ia melihatku dari surga."
"Nomor 7, bagaimana denganmu?" tanya Kyung Jin pada Baek Hee.
"Aku tidak punya alasan." jawab Baek Hee. "Aku akan sangat senang jika Ah Jeong yang terpilih."
Akhirnya murid-murid menentukan bahwa Ah Jeong-lah yang menari solo.
Gadis itu ragu. "Mungkin karena akan terlihat bagus." jawabnya.
Kyung Jin menanyakan hal yang sama pada Ah Jeong.
"Demi ibuku yang sudah meninggal." jawab Ah Jeong. "Saat kecil, ia mengatakan bahwa ia sangat senang melihatku menari. Aku ingin ia melihatku dari surga."
"Nomor 7, bagaimana denganmu?" tanya Kyung Jin pada Baek Hee.
"Aku tidak punya alasan." jawab Baek Hee. "Aku akan sangat senang jika Ah Jeong yang terpilih."
Akhirnya murid-murid menentukan bahwa Ah Jeong-lah yang menari solo.
Oh Hyuk membawa Jin Kuk, yang terluka parah, ke rumah sakit.
Dokter menyuruh Oh Hyuk menghubungi keluarga Jin Kuk, tapi ia tidak bisa menemukan satu pun sanak saudara Jin Kuk di handphone.
"Tidak ada nama 'Ibu'." gumam Oh Hyuk. "Tidak ada 'Ayah' juga."
Akhirnya Oh Hyuk menelepon salah satu kontak dan mengatakan bahwa Jin Kuk sedang berada di ruang gawat darurat.
Dokter menyuruh Oh Hyuk menghubungi keluarga Jin Kuk, tapi ia tidak bisa menemukan satu pun sanak saudara Jin Kuk di handphone.
"Tidak ada nama 'Ibu'." gumam Oh Hyuk. "Tidak ada 'Ayah' juga."
Akhirnya Oh Hyuk menelepon salah satu kontak dan mengatakan bahwa Jin Kuk sedang berada di ruang gawat darurat.
Hye Mi menyerahkan surat rekomendasi Direktur Sekolah Kirin pada Sam Dong.
"Aku tidak ingin pergi." kata Sam Dong. "Kenapa aku harus kesana? Apa aku ini?"
"Aku juag berpikir, siapa kau." pikir Hye Mi dalam hati.
"Direktur berkata bahwa kau memiliki bakat." bujuk Hye Mi. "Aku harus membawamu kesana."
"Jadi, kau mau naik ke panggung hanya untuk memberiku ini?" tanya Sam Dong.
"Jadi, kau pikir aku naik ke panggung karena menyukaimu?" pikir Hye Mi dalam hati.
"Aku tetap akan naik ke panggung jika tidak ada ini." kata Hye Mi menghibur, memamerkan senyumnya.
"Aku tidak ingin pergi." kata Sam Dong. "Kenapa aku harus kesana? Apa aku ini?"
"Aku juag berpikir, siapa kau." pikir Hye Mi dalam hati.
"Direktur berkata bahwa kau memiliki bakat." bujuk Hye Mi. "Aku harus membawamu kesana."
"Jadi, kau mau naik ke panggung hanya untuk memberiku ini?" tanya Sam Dong.
"Jadi, kau pikir aku naik ke panggung karena menyukaimu?" pikir Hye Mi dalam hati.
"Aku tetap akan naik ke panggung jika tidak ada ini." kata Hye Mi menghibur, memamerkan senyumnya.
"Benarkah?" tanya Sam Dong.
"Tentu saja." jawab Hye Mi, mendekati Sam Dong untuk merayunya. Hye Mi menyentuh tangan Sam Dong. "Bersikaplah berani dan ikut denganku."
Sam Dong terdiam sejenak. Ia mundur menjauh dari Hye Mi. "Tunggu, biarkan aku berpikir." katanya. "Jadi, kau ingin aku ikut denganmu?"
"Ya." jawab Hye Mi, maju mendekati Sam Dong lagi. "Kita harus pergi bersama."
Sam Dong melompat dan jongkok di pojokan ruangan. "Ibuku harus ikut bersamaku." katanya.
"Ikutlah bersamaku." bujuk Hye Mi.
Wajah Sam Dong berubah serius. "Maaf, aku tidak bisa."
Senyum Hye Mi menghilang. "Hei! Kau ingin mati?!" bentaknya.
Sam Dong kaget setengah mati. Ia ketakutan dan kabur pulang ke rumah.
"Tentu saja." jawab Hye Mi, mendekati Sam Dong untuk merayunya. Hye Mi menyentuh tangan Sam Dong. "Bersikaplah berani dan ikut denganku."
Sam Dong terdiam sejenak. Ia mundur menjauh dari Hye Mi. "Tunggu, biarkan aku berpikir." katanya. "Jadi, kau ingin aku ikut denganmu?"
"Ya." jawab Hye Mi, maju mendekati Sam Dong lagi. "Kita harus pergi bersama."
Sam Dong melompat dan jongkok di pojokan ruangan. "Ibuku harus ikut bersamaku." katanya.
"Ikutlah bersamaku." bujuk Hye Mi.
Wajah Sam Dong berubah serius. "Maaf, aku tidak bisa."
Senyum Hye Mi menghilang. "Hei! Kau ingin mati?!" bentaknya.
Sam Dong kaget setengah mati. Ia ketakutan dan kabur pulang ke rumah.
Hye Mi mencoba mengejar Sam Dong.
"Kemana dia pergi?" gumamnya.
Mendadak Oh Hyuk menelepon Hye Mi dan menanyakan perkembangan usaha Hye Mi.
Oh Hyun menyuruhnya kembali, tapi Hye Mi bersikeras akan menyelesaikan masalah Sam Dong dengan caranya sendiri yakni "Taktik penggoda."
"Kemana dia pergi?" gumamnya.
Mendadak Oh Hyuk menelepon Hye Mi dan menanyakan perkembangan usaha Hye Mi.
Oh Hyun menyuruhnya kembali, tapi Hye Mi bersikeras akan menyelesaikan masalah Sam Dong dengan caranya sendiri yakni "Taktik penggoda."
Setelah menelepon, Oh Hyuk masuk dan bertanya pada suster mengenai Jin Kuk.
Rupanya Jin Kuk sudah pergi tanpa sepengetahuan Oh Hyuk. Suster itu malah menyuruh Oh Hyuk membayar biaya pengobatan.
Rupanya Jin Kuk sudah pergi tanpa sepengetahuan Oh Hyuk. Suster itu malah menyuruh Oh Hyuk membayar biaya pengobatan.
Jin Kuk dijemput oleh ayahnya, seorang politisi terkenal, Hyun Moo Jin.
"Aku membiarkan kau pergi karena kau berkata ingin hidup yang tenang." kata Moo Jin. "Jika kau tidak bisa hidup tenang, aku akan mengirimmu bersekolahdi luar negeri."
Jin Kuk terdiam.
"Dengan masalah perusahaan, aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain." kata Moo Jin. "Aku tidak punya waktu mengurusi masalahmu. Jika kau memang putraku..."
"Jika kau ayahku..." Jin Kuk memotong ucapan ayahnya. "Jika kau memang ayahku, kau akan menanyakan keadaanku yang seperti ini. 'Bagaimana keadaanmu?', 'Apakah lukamu parah?', 'Siapa yang melakukan ini?'."
Jin Kuk memandang ayahnya dengan pandangan sedih, kemudian keluar dari mobil.
"Aku membiarkan kau pergi karena kau berkata ingin hidup yang tenang." kata Moo Jin. "Jika kau tidak bisa hidup tenang, aku akan mengirimmu bersekolahdi luar negeri."
Jin Kuk terdiam.
"Dengan masalah perusahaan, aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain." kata Moo Jin. "Aku tidak punya waktu mengurusi masalahmu. Jika kau memang putraku..."
"Jika kau ayahku..." Jin Kuk memotong ucapan ayahnya. "Jika kau memang ayahku, kau akan menanyakan keadaanku yang seperti ini. 'Bagaimana keadaanmu?', 'Apakah lukamu parah?', 'Siapa yang melakukan ini?'."
Jin Kuk memandang ayahnya dengan pandangan sedih, kemudian keluar dari mobil.
Sam Dong ikut kompetisi menyanyi demi mendapatkan hadiah untuk ibunya.
Dalam perjalanan pulang, Sam Dong dan ibunya tidak menyadari kalau Hye Mi menyelinap di balik sayur-sayuran yang mereka bawa.
"Apa yang dikatakan gadis dari Seoul itu?" tanya Ibu. "Apa ia menyukaimu?"
"Tentu saja." jawab Sam Dong malu-malu.
"Benarkah?" tanya Ibu senang. "Aku juga menyukai gadis itu."
"Selamat malam, Ibu!" terdengar suara Hye Mi.
Hye Mi membungkuk memberi hormat. Sehelai sayuran jatuh dari kepalanya. Hye Mi menginjak sayuran itu.
"Bagaimana kau sampai disini?" tanya Sam Dong bingung dan terkejut sekaligus.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." kata Hye Mi, memamerkan senyumnya.
Dalam perjalanan pulang, Sam Dong dan ibunya tidak menyadari kalau Hye Mi menyelinap di balik sayur-sayuran yang mereka bawa.
"Apa yang dikatakan gadis dari Seoul itu?" tanya Ibu. "Apa ia menyukaimu?"
"Tentu saja." jawab Sam Dong malu-malu.
"Benarkah?" tanya Ibu senang. "Aku juga menyukai gadis itu."
"Selamat malam, Ibu!" terdengar suara Hye Mi.
Hye Mi membungkuk memberi hormat. Sehelai sayuran jatuh dari kepalanya. Hye Mi menginjak sayuran itu.
"Bagaimana kau sampai disini?" tanya Sam Dong bingung dan terkejut sekaligus.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." kata Hye Mi, memamerkan senyumnya.
Hye Mi menyerahkan surat rekomendasi Ha Myung pada Ibu Sam Dong.
"Ia mengatakan suara nyanyianmu bagus." kata Ibu Sam Dong apda putranya.
Sam Dong tertawa. "Bagaimana mungkin?" tanyanya. "Aku dieliminasi saat kontes menyanyi."
Sam Dong melirik ibunya. Saat kompetisi, sepertinya Sam Dong sengaja menjelek-jelekkan suara dan tariannya.
"Lupakan saja." tolak Sam Dong. "Aku tidak akan pergi."
"Tolong pikirkan lagi." bujuk Hye Mi. "Aku juga akan bersekolah di sekolah ini. Nomor teleponku tertulis dihalaman belakang. Pikirkan kembali dan hubungi aku."
"Ia mengatakan suara nyanyianmu bagus." kata Ibu Sam Dong apda putranya.
Sam Dong tertawa. "Bagaimana mungkin?" tanyanya. "Aku dieliminasi saat kontes menyanyi."
Sam Dong melirik ibunya. Saat kompetisi, sepertinya Sam Dong sengaja menjelek-jelekkan suara dan tariannya.
"Lupakan saja." tolak Sam Dong. "Aku tidak akan pergi."
"Tolong pikirkan lagi." bujuk Hye Mi. "Aku juga akan bersekolah di sekolah ini. Nomor teleponku tertulis dihalaman belakang. Pikirkan kembali dan hubungi aku."
Hye Mi beranjak pergi.
"Mau kemana kau?" tanya Ibu.
"Aku akan kembali ke Seoul." jawab Hye Mi.
"Seoul? Tidak ada lagi bus yang ke Seoul malam-malam begini." kata Ibu. "Menginaplah disini."
Ibu menyuruh Sam Dong menyiapkan segala sesuatu untuk Hye Mi.
"Mau kemana kau?" tanya Ibu.
"Aku akan kembali ke Seoul." jawab Hye Mi.
"Seoul? Tidak ada lagi bus yang ke Seoul malam-malam begini." kata Ibu. "Menginaplah disini."
Ibu menyuruh Sam Dong menyiapkan segala sesuatu untuk Hye Mi.
Jin Kuk kembali ke tempat tinggalnya. Oh Hyuk bergegas menyusul.
Oh Hyuk sangat cemas. "Apakah lukamu terbuka lagi?" tanyanya. "Siapa yang melakukan ini? Apa kau sudah melapor?"
"Pergi!" seru Jin Kuk. "Kau pikir siapa dirimu, Paman?!"
"Jangan bicara, jawab saja." kata Oh Hyuk. "Apa kau baik-baik saja?"
Jin Kuk tertawa kesal. "Aku baik-baik saja." jawabnya, lalu terjatuh.
Oh Hyuk menangkapnya.
"Perutku..." rintih Jin Kuk.
"Perutmu kenapa?" tanya Oh Hyuk panik.
"Perutku... lapar..."
Oh Hyuk sangat cemas. "Apakah lukamu terbuka lagi?" tanyanya. "Siapa yang melakukan ini? Apa kau sudah melapor?"
"Pergi!" seru Jin Kuk. "Kau pikir siapa dirimu, Paman?!"
"Jangan bicara, jawab saja." kata Oh Hyuk. "Apa kau baik-baik saja?"
Jin Kuk tertawa kesal. "Aku baik-baik saja." jawabnya, lalu terjatuh.
Oh Hyuk menangkapnya.
"Perutku..." rintih Jin Kuk.
"Perutmu kenapa?" tanya Oh Hyuk panik.
"Perutku... lapar..."
Oh Hyuk menemani Jin Kuk makan.
Jin Kuk makan dengan rakus dan sudah menghabiskan banyak mangkuk.
"Kenapa kau mencariku?" tanya Jin Kuk.
"Izinkan aku memperkenalkan diri." kata Oh Hyuk. "Aku adalah Kang Oh Hyuk dari Sekolah Seni Kirin. Kita bertemu saat audisi."
"Benarkah?" tanya Jin Kuk. "Aku tidak ingat."
"Tidak ingat?" gumam Oh Hyuk. "Apa kau ingin bersekolah di Kirin? Direktur memilihmu secara khusus."
Jin Kuk tidak menjawab, malah meneruskan makannya.
Jin Kuk makan dengan rakus dan sudah menghabiskan banyak mangkuk.
"Kenapa kau mencariku?" tanya Jin Kuk.
"Izinkan aku memperkenalkan diri." kata Oh Hyuk. "Aku adalah Kang Oh Hyuk dari Sekolah Seni Kirin. Kita bertemu saat audisi."
"Benarkah?" tanya Jin Kuk. "Aku tidak ingat."
"Tidak ingat?" gumam Oh Hyuk. "Apa kau ingin bersekolah di Kirin? Direktur memilihmu secara khusus."
Jin Kuk tidak menjawab, malah meneruskan makannya.
Hye Mi menginap di rumah Sam Dong.
"Dimana kamar kecilnya?" tanya Hye Mi pada Ibu Sam Dong.
Ibu Sam Dong menyuruh Sam Dong mengantar Hye Mi.
"Katakan saja arahnya." kata Hye Mi.
"Kau ingin ke sana sendirian?" tanya Ibu. "Banyak babi hutan disana."
"Apa?!" seru Hye Mi.
"Dimana kamar kecilnya?" tanya Hye Mi pada Ibu Sam Dong.
Ibu Sam Dong menyuruh Sam Dong mengantar Hye Mi.
"Katakan saja arahnya." kata Hye Mi.
"Kau ingin ke sana sendirian?" tanya Ibu. "Banyak babi hutan disana."
"Apa?!" seru Hye Mi.
Akhirnya, Sam Dong-lah yang mengantar Hye Mi.
Kamar kecil itu letaknya jauh dan ada di tengah hutan.
"Sampai kapan kau didalam?" tanya Sam Dong. "Aku kedinginan."
"Sam Dong, bisakah kau menutup telingamu?" pinta Hye Mi.
"Apa kau malu pada suara yang kau buat?" ejek Sam Dong.
"Tutup telingamu!" seru Hye Mi.
Sam Dong tidak menutup telinganya.
"Jika kau tidak mau menutup telingamu, maka nyanyikan sebuah lagu." ujar Hye Mi.
"Aku tidak mau." tolak Sam Dong. "Kau saja yang menyanyi."
Kamar kecil itu letaknya jauh dan ada di tengah hutan.
"Sampai kapan kau didalam?" tanya Sam Dong. "Aku kedinginan."
"Sam Dong, bisakah kau menutup telingamu?" pinta Hye Mi.
"Apa kau malu pada suara yang kau buat?" ejek Sam Dong.
"Tutup telingamu!" seru Hye Mi.
Sam Dong tidak menutup telinganya.
"Jika kau tidak mau menutup telingamu, maka nyanyikan sebuah lagu." ujar Hye Mi.
"Aku tidak mau." tolak Sam Dong. "Kau saja yang menyanyi."
Hye Mi menyanyi lagu Only Hope.
Sam Dong terpesona mendengar suara Hye Mi. Ia menengadahkan kepalanya memandang butiran salju yang turun, kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh butiran salju.
Sam Dong terpesona mendengar suara Hye Mi. Ia menengadahkan kepalanya memandang butiran salju yang turun, kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh butiran salju.
Hye Mi dan Sam Dong berjalan pulang bersama.
"Jika kau ingin tertawa, tertawa saja." kata Hye Mi. "Jangan ditahan. Aku menyanyi ketika sedang di dalam kamar kecil."
"Itu tidak lucu." kata Sam Dong. "Nyanyianmu sangat enak didengar."
"Kau sangat beruntung." kata Hye Mi. "Lain kali, jika kau ingin mendengar nyanyianku, kau harus menghabiskan banyak uang."
Hye Mi kembali berjalan dan tanpa sengaja tersandung. Sam Dong memeganginya agar tidak jatuh.
"Hati-hati." kata Sam Dong. Ia menggandeng tangan Hye Mi. "Ikuti aku."
"Jika kau ingin tertawa, tertawa saja." kata Hye Mi. "Jangan ditahan. Aku menyanyi ketika sedang di dalam kamar kecil."
"Itu tidak lucu." kata Sam Dong. "Nyanyianmu sangat enak didengar."
"Kau sangat beruntung." kata Hye Mi. "Lain kali, jika kau ingin mendengar nyanyianku, kau harus menghabiskan banyak uang."
Hye Mi kembali berjalan dan tanpa sengaja tersandung. Sam Dong memeganginya agar tidak jatuh.
"Hati-hati." kata Sam Dong. Ia menggandeng tangan Hye Mi. "Ikuti aku."
Oh Hyuk mulai mempromosikan Kirin pada Jin Kuk.
"Jika aku pergi kesana, apa aku bisa terkenal?" tanya Jin Kuk.
"Tentu saja jika kau berusaha keras."
"Apa aku bisa terkenal seperti Michael Jackson?" tanya Jin Kuk lagi. "Apa kau tahu berapa persen peluang itu? 100%?"
"Aku seorang guru." kata Oh Hyuk. "Aku tidak akan berbohong pada muridku."
"50%? 30%?" Jin Kuk terus bertanya. "0%? Jujurlah padaku."
"0.00001 tergantung keberuntungan." jawab Oh Hyuk.
"Hmmm..." Jin Kuk tersenyum, kemudian berjalan pergi meninggalkan Oh Hyuk.
"Jika aku pergi kesana, apa aku bisa terkenal?" tanya Jin Kuk.
"Tentu saja jika kau berusaha keras."
"Apa aku bisa terkenal seperti Michael Jackson?" tanya Jin Kuk lagi. "Apa kau tahu berapa persen peluang itu? 100%?"
"Aku seorang guru." kata Oh Hyuk. "Aku tidak akan berbohong pada muridku."
"50%? 30%?" Jin Kuk terus bertanya. "0%? Jujurlah padaku."
"0.00001 tergantung keberuntungan." jawab Oh Hyuk.
"Hmmm..." Jin Kuk tersenyum, kemudian berjalan pergi meninggalkan Oh Hyuk.
Jin Kuk naik lift hendak ke lantai 11. Oh Hyuk mengikutinya. Ia berpikir sejenak.
"Menurutmu, jika kau naik lift dan aku naik tangga, siapa yang akan sampai lebih dulu?" tanya Oh Hyuk.
"Tentu saja aku." jawab Jin Kuk.
"Kemungkinan aku sampai duluan adalah 0.0000001%." kata Oh Hyuk.
"Apa itu mungkin?"
"Jika aku sampai duluan, berarti hal itu bukannya tidak mungkin kan?" ujar Oh Hyuk menantang.
Jin Kuk tertawa kecil.
"Jika aku yang sampai duluan, kau harus bersekolah di Kirin." tantang Oh Hyuk. "Bagaimana?"
"Baiklah." jawab Jin Kuk tanpa pikir panjang.
"Menurutmu, jika kau naik lift dan aku naik tangga, siapa yang akan sampai lebih dulu?" tanya Oh Hyuk.
"Tentu saja aku." jawab Jin Kuk.
"Kemungkinan aku sampai duluan adalah 0.0000001%." kata Oh Hyuk.
"Apa itu mungkin?"
"Jika aku sampai duluan, berarti hal itu bukannya tidak mungkin kan?" ujar Oh Hyuk menantang.
Jin Kuk tertawa kecil.
"Jika aku yang sampai duluan, kau harus bersekolah di Kirin." tantang Oh Hyuk. "Bagaimana?"
"Baiklah." jawab Jin Kuk tanpa pikir panjang.
Dalam hitungan ketiga, Oh Hyuk bergegas berlari ke lantai 11 lewat tangga.
Jin Kuk tersenyum, menunggu pintu lift tertutup. Saat pintu lift tertutup, ternyata Oh Hyuk meninggalkan sebelah sepatunya disana. Pintu lift terbuka lagi.
"Paman yang memalukan." gumam Jin Kuk.
Di dalam lift, Jin Kuk memainkan sepatu Oh Hyuk. Tanpa ia sadari, kaki dan tangannya mulai menari.
Jin Kuk tersenyum, menunggu pintu lift tertutup. Saat pintu lift tertutup, ternyata Oh Hyuk meninggalkan sebelah sepatunya disana. Pintu lift terbuka lagi.
"Paman yang memalukan." gumam Jin Kuk.
Di dalam lift, Jin Kuk memainkan sepatu Oh Hyuk. Tanpa ia sadari, kaki dan tangannya mulai menari.
Jin Kuk tiba di lantai 11. Disana belum ada Oh Hyuk.
Jin Kuk tersenyum tipis dan mulai melangkahkan satu kaki untuk menapak di lantai 11. Namun mendadak ia terdiam, ragu... dan membiarkan pintu lift tertutup lagi.
Jin Kuk tersenyum tipis dan mulai melangkahkan satu kaki untuk menapak di lantai 11. Namun mendadak ia terdiam, ragu... dan membiarkan pintu lift tertutup lagi.
Oh Hyuk tiba di lantai 11.
"Aku duluan." kata Oh Hyuk seraya terjatuh di lantai karena kelelahan.
Tidak lama kemudian, Jin Kuk keluar dari lift.
"Kau lihat?" ujar Oh Hyuk terengah-engah. "0.00000%."
"Jangan berpikir kau menang." kata Jin Kuk, tersenyum. "Aku yang datang pertama, tapi tidak keluar."
Oh Hyuk tertawa.
"Tuan, apa kau punya kamar kosong di rumahmu?" tanya Jin Kuk.
"Ada. Memangnya kenapa?"
Jin Kuk tersenyum.
"Aku duluan." kata Oh Hyuk seraya terjatuh di lantai karena kelelahan.
Tidak lama kemudian, Jin Kuk keluar dari lift.
"Kau lihat?" ujar Oh Hyuk terengah-engah. "0.00000%."
"Jangan berpikir kau menang." kata Jin Kuk, tersenyum. "Aku yang datang pertama, tapi tidak keluar."
Oh Hyuk tertawa.
"Tuan, apa kau punya kamar kosong di rumahmu?" tanya Jin Kuk.
"Ada. Memangnya kenapa?"
Jin Kuk tersenyum.
Sam Dong mengantar Hye Mi ke halte bus. Tidak sengaja gantungan hp milik Hye Mi terjatuh. Itu adalah gantungan hp yang sama dengan milik Baek Hee.
"Apa ini?" tanya Sam Dong. "Ini bagus."
"Aku memberikannya padamu." kata Hye Mi.
Bus tiba.
"Kau akan pergi ke Kirin, kan?" tanya Hye Mi sebelum naik ke bus.
"Aku tidak mengatakan akan pergi." jawab Sam Dong. "Berhentilah bertanya."
Setelah Hye Mi masuk ke dalam bus, Sam Dong memandang gantungan hp berbentuk hati yang diberikan Hye Mi.
Ia terdiam sejenak, kemudian berlari mengejar bus yang ditumpangi Hye Mi.
"Apa ini?" tanya Sam Dong. "Ini bagus."
"Aku memberikannya padamu." kata Hye Mi.
Bus tiba.
"Kau akan pergi ke Kirin, kan?" tanya Hye Mi sebelum naik ke bus.
"Aku tidak mengatakan akan pergi." jawab Sam Dong. "Berhentilah bertanya."
Setelah Hye Mi masuk ke dalam bus, Sam Dong memandang gantungan hp berbentuk hati yang diberikan Hye Mi.
Ia terdiam sejenak, kemudian berlari mengejar bus yang ditumpangi Hye Mi.
"Paman, hentikan busnya!" teriak Sam Dong.
Bus berhenti.
"Aku punya satu pertanyaan." kata Sam Dong pada Hye Mi lewat jendela bus. "Kemarin... kenapa kau naik ke panggung bersamaku?"
Hye Mi tersenyum. "Aku melakukannya agar kau mau ikut pergi denganku ke Seoul." jawabnya.
"Jika kau menyukaiku..."
"Aku menyukaimu." kata Hye Mi.
"Apa katamu."
"Aku menyukaimu." ulang Hye Mi. "Karena aku menyukaimu, maka aku naik ke panggung denganmu. Jadi, ikutlah bersamaku ke Seoul."
Bus berhenti.
"Aku punya satu pertanyaan." kata Sam Dong pada Hye Mi lewat jendela bus. "Kemarin... kenapa kau naik ke panggung bersamaku?"
Hye Mi tersenyum. "Aku melakukannya agar kau mau ikut pergi denganku ke Seoul." jawabnya.
"Jika kau menyukaiku..."
"Aku menyukaimu." kata Hye Mi.
"Apa katamu."
"Aku menyukaimu." ulang Hye Mi. "Karena aku menyukaimu, maka aku naik ke panggung denganmu. Jadi, ikutlah bersamaku ke Seoul."
Hye Mi tersenyum. Sam Dong melongo melihat senyumnya.
Sam Dong membayangkan dirinya mengecup bibir Hye Mi.
"Apa kau tidak mau naik?!" omel supir bus.
"Tidak." teriak Sam Dong. "Pergilah."
"Kau harus datang!" seru Hye Mi. "Aku menyukaimu! Kau harus datang!"
Bus Hye Mi berjalan pergi.
Sam Dong memegang dadanya. "Dia pembohong." gumamnya pada diri sendiri. "Ia berbohong. Gadis jahat itu seperti racun. Jangan terpengaruh, Sam Dong."
Sam Dong membayangkan dirinya mengecup bibir Hye Mi.
"Apa kau tidak mau naik?!" omel supir bus.
"Tidak." teriak Sam Dong. "Pergilah."
"Kau harus datang!" seru Hye Mi. "Aku menyukaimu! Kau harus datang!"
Bus Hye Mi berjalan pergi.
Sam Dong memegang dadanya. "Dia pembohong." gumamnya pada diri sendiri. "Ia berbohong. Gadis jahat itu seperti racun. Jangan terpengaruh, Sam Dong."
Baek Hee secara kebutan bertemu dengan Doo Shik di jalan.
"Kau supir Hye Mi, bukan?" tanya Baek Hee. "Ini adalah pakaian dan buku yang dipinjamkan Hye Mi padaku. Aku tidak membutuhkannya lagi. Tolong kembalikan padanya."
"Aku bukan supirnya." kata Doo Shik. "Jadi kau benar-benar tidak tahu? Keluarga Hye Mi bangkrut."
"Apa?!"
"Kau supir Hye Mi, bukan?" tanya Baek Hee. "Ini adalah pakaian dan buku yang dipinjamkan Hye Mi padaku. Aku tidak membutuhkannya lagi. Tolong kembalikan padanya."
"Aku bukan supirnya." kata Doo Shik. "Jadi kau benar-benar tidak tahu? Keluarga Hye Mi bangkrut."
"Apa?!"
Baek Hee berlari ke rumah lama Hye Mi. Disana sudah ditempati orang lain.
Baek Hee sangat terkejut dan menangis. "Kau gadis jahat berhati dingin." gumamnya.
Baek Hee sangat terkejut dan menangis. "Kau gadis jahat berhati dingin." gumamnya.
Yang Jin Man akhirnya setuju menjadi guru Bahasa Inggris di Kirin.
Ha Myung mengenalkan Jin Man pada Oh Hyuk.
Oh Hyuk sepertinya mengenal Jin Man, namun Jin Man bersikeras tidak mengenal Oh Hyuk.
Ha Myung mengenalkan Jin Man pada Oh Hyuk.
Oh Hyuk sepertinya mengenal Jin Man, namun Jin Man bersikeras tidak mengenal Oh Hyuk.
Saat Oh Hyuk dan Jin Man ditinggal berdua di lift oleh Ha Myung, Jin Man langsung marah besar.
"Aku ingat!" seraya Jin Man marah seraya menarik kerah kemeja Oh Hyuk. "Kau menyuruhku menyanyi bersamamu, tapi kau malah tidak datang di acara broadcast! Aku harus mengambil deposit apartemen untuk membayar penalti kontrak! Jangan lagi berkata bahwa kau mengenalku!"
"Aku ingat!" seraya Jin Man marah seraya menarik kerah kemeja Oh Hyuk. "Kau menyuruhku menyanyi bersamamu, tapi kau malah tidak datang di acara broadcast! Aku harus mengambil deposit apartemen untuk membayar penalti kontrak! Jangan lagi berkata bahwa kau mengenalku!"
Hye Mi akhirnya sampai di rumah Oh Hyuk.
"Hye Sung, aku pulang!" sapa Hye Mi sambil minum yogurt.
Mendadak Hye Mi menjatuhkan yogurtnya ke lantai karena terkejut. Jin Kuk ada dihadapannya hanya dengan mengenakan handuk.
"Kenapa kau ada disini?" tanya Jin Kuk.
"Kau sendiri? Kenapa kau ada disini?" tanya Hye Mi.
"Hye Sung, aku pulang!" sapa Hye Mi sambil minum yogurt.
Mendadak Hye Mi menjatuhkan yogurtnya ke lantai karena terkejut. Jin Kuk ada dihadapannya hanya dengan mengenakan handuk.
"Kenapa kau ada disini?" tanya Jin Kuk.
"Kau sendiri? Kenapa kau ada disini?" tanya Hye Mi.
Jin Kuk maju untuk mendekati Hye Mi, tapi tiba-tiba handuk yang dikenakan Oh Hyun terjatuh di lantai.
"Aaaghhhhh!!!!" teriak Hye Mi.
Jin Kuk malah ikut berteriak.
"Aaaghhhhh!!!!" teriak Hye Mi.
Jin Kuk malah ikut berteriak.
Hye Mi ribut dengan Oh Hyuk mengenai Jin Kuk. Kenapa Jin Kuk harus tinggal di rumah Oh Hyuk bersamanya? Namun Oh Hyuk tidak punya pilihan lain.
"Asal kita tidak memanggil nama aslinya, dia akan baik-baik saja dengan kita." kata Oh Hyuk.
"Asal kita tidak memanggil nama aslinya, dia akan baik-baik saja dengan kita." kata Oh Hyuk.
Ha Myung duduk diam di ruang kelas persiapan perguruan tinggi yang berantakan dan tidak terurus.
Tidak lama kemudian, Bum Soo datang untuk membicarakan upacara penerimaan siswa baru. Ha Myung tidak terlalu antusias dengan upacara itu.
Tidak lama kemudian, Bum Soo datang untuk membicarakan upacara penerimaan siswa baru. Ha Myung tidak terlalu antusias dengan upacara itu.
Para siswa Kirin antre untuk mengambil seragam mereka.
Jason berbaris dengan Pil Sook.
"Apa ini?" tanya In Sung, menunjukkan sebuah rok besar. "Ini selimut atau rok?"
Semua siswa tertawa.
"Pemilik seragam ini, tolong maju. Jika tidak, aku akan membawanya."
Pil Sook menunduk malu dan lari ke belakang. Jason menatapnya.
In Sung membaca nama di rok itu. "Kim..."
"Itu milikku!" ujar Jason seraya merebut rok itu dari tangan In Sung. Pil Sook mengintip dari kejauhan.
"Itu rok milik perempuan." kata In Sung. "Laki-laki mengenakan celana."
"Celana dipakai oleh laki-laki dan perempuan." kata Jason. "Jika kau mengenakan celana, bukan berarti kau laki-laki."
Jason mengambil seragam itu kemudian memberikannya pada Pil Sook.
"Terima kasih." kata Pil Sook.
Jason berbaris dengan Pil Sook.
"Apa ini?" tanya In Sung, menunjukkan sebuah rok besar. "Ini selimut atau rok?"
Semua siswa tertawa.
"Pemilik seragam ini, tolong maju. Jika tidak, aku akan membawanya."
Pil Sook menunduk malu dan lari ke belakang. Jason menatapnya.
In Sung membaca nama di rok itu. "Kim..."
"Itu milikku!" ujar Jason seraya merebut rok itu dari tangan In Sung. Pil Sook mengintip dari kejauhan.
"Itu rok milik perempuan." kata In Sung. "Laki-laki mengenakan celana."
"Celana dipakai oleh laki-laki dan perempuan." kata Jason. "Jika kau mengenakan celana, bukan berarti kau laki-laki."
Jason mengambil seragam itu kemudian memberikannya pada Pil Sook.
"Terima kasih." kata Pil Sook.
Baek Hee sangat terkejut ketika melihat Hye Mi datang ke Kirin.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Baek Hee.
"Kau tidak tahu?" tanya Hye Mi dingin. "Aku adalah siswa khusus."
"Memangnya ada penerimaan seperti itu?" tanya murid lain bingung.
"Ayo kita bicara diluar." ajak Baek Hee.
"Bicara saja disini."
"Aku mendengar mengenai keluargamu." kata Baek Hee. "Ayahmu bangkrut. Karena itulah kau tidak melanjutkan sekolah musik, bukan?"
Semua murid mendengarkan mereka. Hye Mi berjalan pergi.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Baek Hee.
"Kau tidak tahu?" tanya Hye Mi dingin. "Aku adalah siswa khusus."
"Memangnya ada penerimaan seperti itu?" tanya murid lain bingung.
"Ayo kita bicara diluar." ajak Baek Hee.
"Bicara saja disini."
"Aku mendengar mengenai keluargamu." kata Baek Hee. "Ayahmu bangkrut. Karena itulah kau tidak melanjutkan sekolah musik, bukan?"
Semua murid mendengarkan mereka. Hye Mi berjalan pergi.
Baek Hee mengikuti Hye Mi ke ruangan menari.
"Kenapa kau tidak mengambil microphone saja dan mengumumkan pada semua orang bahwa keluargaku bangkrut dan aku menjadi pengemis?!" seru Hye Mi. "Pengemis itu kemudian masuk ke sekolah sampah!"
Baek Hee memeluk Hye Mi. "Maafkan aku." katanya. "Aku sungguh minta maaf."
"Lepaskan aku!" teriak Hye Mi, berusaha melepaskan diri dari Baek Hee.
"Aku sungguh tidak tahu. Jika aku tahu lebih awal...."
"Apa yang akan kau lakukan jika tahu lebih awal?" tanya Hye Mi. "Apa kau mau membayar hutangku?!"
"Seharusnya aku menyadarinya saat kau melepaskan sekolah musikmu." kata Baek Hee.
Mata Hye Mi berkaca-kaca. "Kau pikir siapa dirimu?" Ia kemudian berbalik agar air matanya tidak terlihat Baek Hee.
"Kenapa kau tidak mengambil microphone saja dan mengumumkan pada semua orang bahwa keluargaku bangkrut dan aku menjadi pengemis?!" seru Hye Mi. "Pengemis itu kemudian masuk ke sekolah sampah!"
Baek Hee memeluk Hye Mi. "Maafkan aku." katanya. "Aku sungguh minta maaf."
"Lepaskan aku!" teriak Hye Mi, berusaha melepaskan diri dari Baek Hee.
"Aku sungguh tidak tahu. Jika aku tahu lebih awal...."
"Apa yang akan kau lakukan jika tahu lebih awal?" tanya Hye Mi. "Apa kau mau membayar hutangku?!"
"Seharusnya aku menyadarinya saat kau melepaskan sekolah musikmu." kata Baek Hee.
Mata Hye Mi berkaca-kaca. "Kau pikir siapa dirimu?" Ia kemudian berbalik agar air matanya tidak terlihat Baek Hee.
"Apa kau mengasihani aku?!" teriak Hye Mi. "Kau adalah Yoon Baek Hee, yang melayani Go Hye Mi. Kau ingin bertanya bagaimana rasanya menjadi orang golongan tiga? Aku belum merasakannya."
"Hye Mi..."
"Kita bertemu lagi saat upacara penerimaan."kata Hye Mi seraya berjalan pegi meninggalkan Baek Hee.
Semua murid menonton mereka.
Ketika Hye Mi berjalan keluar, seorang murid menyelengkat kakinya hingga terjatuh dan membuat kaku Hye Mi terluka.
"Hye Mi..."
"Kita bertemu lagi saat upacara penerimaan."kata Hye Mi seraya berjalan pegi meninggalkan Baek Hee.
Semua murid menonton mereka.
Ketika Hye Mi berjalan keluar, seorang murid menyelengkat kakinya hingga terjatuh dan membuat kaku Hye Mi terluka.
Baek Hee berpikir, untuk mendapat kesan diatas Hye Mi, ia ingin menari solo di upacara pembukaan.
Baek Hee langsung menemui Kyung Jin.
Kyung Jin meminta Baek Hee mengatakan sendiri pada Ah Jeong bahwa Baek Hee-lah yang ingin tampil di upacara pembukaan.
Kyung Jin juga mengatakan pada Baek Hee bahwa ibu Kyung Jin tidak benar-benar meninggal. Ibu dan ayah Ah Jeong bercerai dan si ibu tinggal di Amerika.
"Aku juga ingin memberimu saran..." ujar Kyung Jin.
Baek Hee langsung menemui Kyung Jin.
Kyung Jin meminta Baek Hee mengatakan sendiri pada Ah Jeong bahwa Baek Hee-lah yang ingin tampil di upacara pembukaan.
Kyung Jin juga mengatakan pada Baek Hee bahwa ibu Kyung Jin tidak benar-benar meninggal. Ibu dan ayah Ah Jeong bercerai dan si ibu tinggal di Amerika.
"Aku juga ingin memberimu saran..." ujar Kyung Jin.
Ketika loker sedang tidak ada orang, Baek Hee membuka loker Ah Jeong dan melakukan sesuatu pada sepatu Ah Jeong.
Sam Dong bersenandung sambil memotong kayu. Tanpa ia sadari, ibunya mendengar.
"Aku menyanyi sengan baik." kata ibunya, terkejut. "Aku tidak menyangka kau bisa menyanyi. Kenapa kau menyembunyikannya dariku?"
Rupanya ayah Sam Dong adalah seorang penyanyi. Ibunya sangat membenci ayahnya. Karena takut ibunya khawatir, maka Sam Dong berpura-pura tidak tahu dan berpura-pura tidak bisa menyanyi.
Ibunya kemudian meminta Sam Dong pergi ke Seoul untuk belajar.
"Aku menyanyi sengan baik." kata ibunya, terkejut. "Aku tidak menyangka kau bisa menyanyi. Kenapa kau menyembunyikannya dariku?"
Rupanya ayah Sam Dong adalah seorang penyanyi. Ibunya sangat membenci ayahnya. Karena takut ibunya khawatir, maka Sam Dong berpura-pura tidak tahu dan berpura-pura tidak bisa menyanyi.
Ibunya kemudian meminta Sam Dong pergi ke Seoul untuk belajar.
Hye Mi menjadi bahan caci maki di sekolahnya. Jin Kuk tidak senang mendengar orang-orang membicarakan Hye Mi.
"Hoy, kemari!" panggil Jin Kuk pada Hye Mi. Ia mengisyaratkan pada Hye Mi agar duduk disampingnya, kemudian memberikan sebelah earphonenya pada Hye Mi.
"Kau tidak ingin mendengarkan?" tanya Jin Kuk.
"Tidak perlu." jawab Hye Mi.
"Hoy, kemari!" panggil Jin Kuk pada Hye Mi. Ia mengisyaratkan pada Hye Mi agar duduk disampingnya, kemudian memberikan sebelah earphonenya pada Hye Mi.
"Kau tidak ingin mendengarkan?" tanya Jin Kuk.
"Tidak perlu." jawab Hye Mi.
Jin Kuk mendekati Hye Mi dan meletakkan earphone itu ke telinga Hye Mi.
"Apa ini? Aku tidak bisa mendengar apa-apa." kata Hye Mi.
"Sangat berguna, bukan?" tanya Jin Kuk cerdik. "Apa yang tidak ingin kau dengar, kau tidak akan bisa mendengarnya."
Hye Mi tersenyum dan mengenakan earphone itu.
"Apa ini? Aku tidak bisa mendengar apa-apa." kata Hye Mi.
"Sangat berguna, bukan?" tanya Jin Kuk cerdik. "Apa yang tidak ingin kau dengar, kau tidak akan bisa mendengarnya."
Hye Mi tersenyum dan mengenakan earphone itu.
Pil Sook sangat menyukai Jason dan menempelkan permen di loker Jason.
Jason mengambil permen itu.
Jason mengambil permen itu.
Di lain sisi, Sam Dong masih berpikir-pikir mengenai Sekolah Kirin.
Baek Hee dan Ah Jeong bertanding untuk memperebutkan posisi menari solo di acara penyambutan murid baru.
Ketika sedang menari, mendadak Ah Jeong terjatuh.
Rupanya di dalam sepatu Ah Jeong ada paku payung.
Baek Hee berpura-pura terkejut dan mengantarkan Ah Jeong ke klinik.
Ketika sedang menari, mendadak Ah Jeong terjatuh.
Rupanya di dalam sepatu Ah Jeong ada paku payung.
Baek Hee berpura-pura terkejut dan mengantarkan Ah Jeong ke klinik.
Hari Upacara Pembukaan Siswa Baru Sekolah Seni Kirin.
Ada tiga acara penting. Yang pertama adalah pidato Menteri Seni, yakni Bum Soo. Yang Kedua adalah perkenalan siswa yang diterima secara khusus. Lalu yang ketiga adalah penampilan solo terbaik.
Dan pada hari yang sama, Sam Dong tiba di Seoul. Tapi ia tidak tahu kemana harus pergi alias buta arah.Tiba-tiba dilihatnya seorang anak kecil menangis. Sepertinya anak kecil itu berpisah dari ibunya.
Ada tiga acara penting. Yang pertama adalah pidato Menteri Seni, yakni Bum Soo. Yang Kedua adalah perkenalan siswa yang diterima secara khusus. Lalu yang ketiga adalah penampilan solo terbaik.
Dan pada hari yang sama, Sam Dong tiba di Seoul. Tapi ia tidak tahu kemana harus pergi alias buta arah.Tiba-tiba dilihatnya seorang anak kecil menangis. Sepertinya anak kecil itu berpisah dari ibunya.
Di sisi lain, Hye Mi, Jin Kuk dan Oh Hyuk cemas menunggu Sam Dong.
"Aku tahu akan begini jika kau hanya menggunakan kecantikanmu untuk membujuknya." keluh Oh Hyuk. "Seharusnya aku saja yang menjemputnya."
"Aku tahu akan begini jika kau hanya menggunakan kecantikanmu untuk membujuknya." keluh Oh Hyuk. "Seharusnya aku saja yang menjemputnya."
Setelah pembukaan oleh Bum Soo, Jason mengisi acara dengan menampilan dance solo.
Sam Dong membantu dan menunggu si anak hilang sampai bertemu dengan ibunya.
Ia menngantar si anak hilang ke informasi.
Ia menngantar si anak hilang ke informasi.
Penampilan selanjutnya adalah dance solo wanita, tidak lain adalah Baek Hee.
Hye Mi terkejut melihat Baek Hee.
Hye Mi terkejut melihat Baek Hee.
"Biar aku memberimu saran." Baek Hee teringat Kyung Jin berkata. "Kau tahu apa yang lebih penting dari teman di tempat ini? Seorang saingan. Karena itu akan mendorongmu untuk berkembang."
No comments:
Post a Comment