Saturday, December 8, 2012

Pi Cheon-deuk Yang Mewakili Esei Korea Dengan Kemurnian


 

Bunga Gandum Yang Mengingatkan Lee Hyo-seok 

Esei mengandung berbagai jenis tulisan seperti surat, resensi, catatan perjalanan, dll. Karena ditulis dengan bebas, format esei juga bervariasi, yaitu ada esei yang bersifat logis atau akademis, dan beragam jenis yang bersifat romantis dan emosional. Selain itu, bentuk esei dikategorikan dengan esei yang terasa berat, esei yang terasa ringan, esei yang bersifat kritis, esei sketsa dan esei pribadi.


Sekarang ini demam terhadap penulisan esei terasa agak mereda, namun ada masa tertentu dimana para penulis esei menikmati masa keemasan. Diantara para penulis Korea, penulis Pi Cheon-deuk yang dijuluki sebagai 'penulis esei nasional' tidak dapat dikecualikan.
Laki-laki Dari Bulan Mei

Pi Cheon-deuk yang lahir di Seoul pada tanggal 29 Mei 1910 kehilangan orang tuanya saat dia masih kecil. Walaupun keadaannya tidak begitu kaya, dia memiliki sifat tulus dan sederhana. Setelah dia tamat fakultas bahasa Inggris dari universitas di Cina pada tahun 1937, dia bekerja sebagai guru hingga kemerdekaan, namun menampilkan tulisan sebagai penulis setelah melakukan debutnya pada tahun 1930 sebagai sastrawan.

Sebenarnya, tahun 30-an merupakan masa penjajahan Jepang, sehingga sastrawan yang bersifat nyata dan sastrawan murni saling bertentangan. Namun, Pi Cheon-deuk yang bersifat murni dan sejati mengungkapkan keadaan nyata yang terasa gelap dan murung dengan emosi yang murni, sehingga perasaannya yang terungkap tanpa ideologi mendapat evaluasi tinggi dari dunia sastra Korea.


Tulisan Yang Terasa Sederhana, Keharuan Mendalam 

Setelah kemerdekaan, Pi Cheon-deuk mulai melakukan kegiatan sebagai profesor fakultas bahasa Inggris di Universitas Nasional Seoul hingga tahun 1974. Walaupun dia juga merupakan tokoh unggul di dunia akademi dan bidang sastra Inggris, Pi Cheon-deuk diperingati sebagai penulis esei bagi masyarakat Korea.

Aku mencintai sesuatu yang kecil dan indah yang membuat kehidupanku. Aku suka memandang wajah yang indah tanpa hasrat apapaun, dan suka memuji-muji jasa dari orang lain tanpa rasa iri hati. Aku suka banyak orang, tidak ada orang yang aku benci, dan juga menjalani hidupku sambil mencintai seseorang. Selain itu, aku ingin menjadi tua dengan indah. 

Itulah esei 'Kehidupan Yang Aku Cintai' yang mengungkapkan kisah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, esei nasional 'ikatan manusia' menceritakan hubungan yang terasa indah dan kasihan terhadap wanita Jepang, Asako pada masa penjajahan Jepang dan Perang Korea. Demikianlah, jika membaca eseinya saat merasa letih akibat kehidupan yang terasa sederhana dan sibuk, terasa seperti hati kita menjadi tenang dan hangat.

Kehidupan Yang Murni 

Walaupun ada banyak julukan mewah seperti 'Saksi sastra Korea pada abad ke-20', 'pelopor sastra esei Korea' dll, kehidupan pribadinya terasa sangat sederhana. Walaupun dia berkegiatan sebagai profesor sampai pensiun, dia cepat meninggalkan ruangan kuliah untuk merasa bebas tanpa rasa tamak, dan tidak menulis apapun setelah dia memasuki usia 70-an tahun, karena rasa tamak terungkap pada tulisannya. Demikianlah, dia tinggal di apartemen di Seoul selama 25 tahun bersama isterinya yang mengalami penyakit dimensia, dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 25 Mei tahun 2007.

Bulan Mei adalah wajah dari seseorang yang berusia 21 tahun yang baru mencuci muka dengan air dingin. Apa gunanya untuk menghitung umur aku? Aku berada di dalam bulan Mei. 

Lewat eseinya berjudul 'Bulan Mei', Pi Cheon-deuk menunjukkan kasih sayang terhadap bulan Mei yang merupakan bulan ketika dia lahir. Seperti si remaja bulan Mei, dia meninggal dunia akhir bulan Mei. Lewat kehidupan yang mengungkapkan kehidupan sehari-hari dan kenangan hangat dan indah lewat pandangan mata si anak, kita belajar cara mencintai sesuatu yang kecil. 



Source : KBSWorld/IniSajaMo 

No comments:

Post a Comment