Dua alat musik tradisional Korea, Geomungo dan Gayageum mirip dalam pandangan pertama, tapi masing-masing memiliki warna nada yang berbeda. Geomungo memiliki enam senar, hanya setengah dari jumlah senar Gayageum, tetapi senarnya jauh lebih tebal daripada Gayageum. Bunyi Geomungo bernada rendah dan berat, karena senar yang tebal itu dipukul dengan tongkat kayu yang disebut 'Suldae', tidak dipetik dengan jari pemain.
Oleh sebab itu pada umumnya, Gayageum sering digambarkan sebagai alat musik feminin, sedangkan Geomungo bersifat maskulin. Lagi pula, waktu bermain Geomungo, intervalnya tidak terkontrol dengan memindahkan sebuah alat penahan senar disebut 'Anjok', tetapi dengan menekan senar yang dipasang di atas 'Gwae', sangga yang dipaku di atas tubuh kayunya berongga. Akibatnya, Geomungo dapat menghasilkan suara yang terbatas saja dan sulit untuk memainkan musik yang bertempo cepat dan berubah-ubah. Hal itu menyebabkan instrumen bersenar enam itu sering diabaikan dalam dunia musik kontemporer yang kreatif. Geomungo Factory adalah sekelompok musisi muda yang berupaya untuk mengembangkan musik baru Geomungo dan telah membawa angin segar dalam kancah musik tradisional.
Kelompok musik ini dibentuk oleh beberapa musisi muda Korea berusia 20-an tahun pada tahun 2006. Kelompok musik tradisional itu beranggota empat orang, terdiri dari tiga pemain; Lee Jeong-Seok , Yu Mi-yeong), dan Jeong In-Ryeong serta seorang produser, Kim Yeong-jin. Berdasarkan berbagai pengalaman musik, semangat menantang pemuda, daya kreatif, dan ketekunan, mereka berempat mempelajari tradisi Geomungo dan menciptakan musik baru Geomungo.
Pada tahun 2010, Geomungo Factory itu meraih hadiah untuk kelompok Gugak, musik tradisional Korea pada Award Gugak KBS. Seperti namanya, musisi Geomungo Factory benar-benar membuat Geomungo jenis baru. Salah satunya adalah 'Damhyeongeum' yang merupakan Geomungo berukuran kecil. Instrumen itu dapat dimainkan dengan digantung pada bahu pemain.
Alih-alih senar sutra, senar nilon dipakai untuk Geomungo mini itu, sehingga suara yang dihasilkannya bisa berlama-lama lagi. Sementara itu, 'Geomungo Cello' bersenar lebih sedikit dan menghasilkan bunyi dengan cara menggesek. Lagi pula, 'Geomungo Gambang' memiliki senar tipis dan membuat bunyi dengan cara memukul senar pakai Suldae dan alat-alat lain seperti gambang.
Dibandingkan dengan Geomungo asli yang berbunyi rendah dan berat, Geomungo Gambang dapat menghasilkan bunyi yang jelas seperti instrumen perkusi. Mereka telah mengembangkan 'Damhyeongeum elektrik' yang memanfaatkan efek suara elektrik.
Mengenai gaya musik baru mereka ini tanggapan masyarakat berbeda-beda. Ada yang mengagumi bagaimana Geomungo bisa menghasilkan bunyi menarik seperti lagu ini, sementara ada orang yang bersikap kritis dengan pertanyaan apakah ini dapat didefinisikan sebagai bunyi Geomungo.
Namun demikian kelompok musik Gugak yang terdiri atas pemuda-pemudi ini terus-menerus memperluas ruang lingkup kegiatannya dan mendapatkan tempat dalam dunia musik tradisional yang akan diturunkan kepada generasi mendatang.
Source :kbsworld com
Trans Ind by IniSajaMo
No comments:
Post a Comment